Wednesday 30 October 2013

2 hari di Malaka tak cukup rasanye



Perjalanan ke Malaka dimulai dari Singapura karena sebelumnya saya memang jalan-jalan dulu di kota tersebut, perjalanan dari Singapura ke Malaysia memang bisa dinilai "agak" ribet karena harus naik turun bus untuk Check-in Paspor, ini ribet karena semua orang buru-buru tampaknya mereka ini ingin segera meninggalkan kantor imigrasi yang dipenuhi oleh petugas-petugasnya yang judes itu. sesampainya di Malaka saya cukup takjub dan excited, Menurut saya kota Malaka itu seperti kota Jogja eksotis, unik dan tentunya memikat saya untuk kembali kesana, Malaka itu sangat tenang jarang sekali kendaraan bermotor berlalu-lalang disana. disana saya banyak habiskan keliling dengan berjalan kaki, saya melihat bangunan-bangunan tua yang terawat dan tentunya cantik sekali, memang kota tua di Indonesia tak kalah cantik namun sayangnya cuma tidak terawat. karena Malaka itu memang kota bandar pelabuhan tak heran warga disana multikultural ada etnis Arab, Cina, India, Melayu dan masih banyak lagi mungkin juga ada orang Indonesia disana. kota ini benar berhasil memikat saya, rasanya saya diajak kembali untuk menikmati kejayaan masa lampau, bangunan gaya art-deco melimpah ruah, bersanding dengan gedung-gedung modern sungguh pengalaman sejarah yang menyenangkan. disana ada sebuah sungai yang membelah kotanya, sungai tersbut cukup bersih karena tak nampak satu pun sampai ada di kanal tersebut, ini yang dinamakan kerjasama warga yang baik dan memang sadar jika lingkungan mereka kotor tak akan ada turis yang akan mengunjungi mereka dan tentu ini sangat berpengaruh pada perekonomian mereka....ahhhh rasanya ingin deh tempat pariwisata di Indonesia itu bebas sampah dan bau. siang yang tenang berubah gemerlap ketika malam, jonker street kawasan pecinan di Malaka sangat ramai dikunjungi turis saat malam hari, banyak sekali pedagang souvenier dan makanan disana, makanan disana enak-enak khas rasa oriental...saya mencoba kubis cake (kue beras yang dikukus lalu dipotong dan dimasak layaknya kwetiaw) enak juga dim-sumnya dan es durennya yang legit harganya murah rata-rata cuma 3-5 ringgit saja tak akan buat kantong menjadi kosong. setelah puas saya kembali lagi ke hostel, disana sepi sekali mungkin mereka sedang jalan keluar, penghuni hostel lumayan ramah dan suka menyapa (pengalaman di Bromo bulenya judes-judes). saya menginap di kamar dorm/asrama dengan 5 kasur tingkat didalamnya, karena badan terasa lelah saya langsung merebahkan badan dan tidur. pagi harinya tiba-tiba kipas angin terasa sangat kencang, ternyata 4 kipas angin yang dinyalakan semalam dengan kecepatan penuh pula, apa mereka ga masuk angin hahah, mereka umumnya tidur cuma pake boxer min, telanjang dong? ya engga juga tapi bule emang tak suka memakai pakaian yang berdobel-dobel "lah saya sendiri pake celana trening lengkap dengan baju dan selimut karena kipas angin dan cuma saya yang berpakaian lengkap disitu. teman sekamar saya ada ada 8 orang, ada yang dari Swedia, Kanada, Cina, juga Inggris. semua cowok yah.....

Pagi hari itu begitu malas bangun padahal rencananya saya akan kembali ke Malaysia pada pukul 11 nyatanya pukul 8 masih leyah-leyeh dikasur liat para bule telanjang #plakk ada seorang Kanada yang akan menyebrang ke Indonesia tepatnya Sumatera dia sangat Excited, dia pernah ke Jogja dan Bali namun saat aku tanya apakah Bali bagus? dia bilang "I prefer to choose Jogja, its so unique" sependapat sih tapi saya cuma kurang suka Denpasar saja. setelah itu dia bilang selamat tinggal dan semoga dapat menikmati perjalananmu dalam bahasa Inggris tentunya, setelah berbenah diri dan memberitahu John bahwa saya akan Check-out saya menikmati suguhan sarapan gratis berupa teh/kopi juga roti panggang, saat menikmati sarapan sambil lihat-lihat hasil jepretan kamera rupanya ada pasangan traveler dari Jerman yaitu Klaus dan Ellie sebenernya saya tak tahu cara menulis nama mereka dengan benar, tapi yang saya dengar sih begitu. hari itu bukan saya saja yang Check-out tapi mereka juga, bahkan hari itu adalah akhir dari perjalanan mereka setelah 7 bulan berkeliling Asia Tenggara woww kapan ya saya bisa seperti itu traveling tanpa terkendala waktu. mereka berbincang-bincang karena lumayan akrab saya memberanikan meminta berfoto bersama, dia pun senang norakk sihh hahahh, setelah berfoto saya segera pamitan kepada mereka dan tak lupa mengucapkan guten morgen und tchuss.

Hari ini saya mulai perjalanan dengan berkeliling kembali di Malaka, menikmati sisa-sia kejayaan, memang belum seluruhnya saya jamah dan saya berjanji bahwa suatu saat nanti akan kembali kesana, sungguh ini bukan suatu kesan berlebihan yang aku berikan ke Malaysia, memang begitu kok menyenangkan traveling itu jujur dan memang itu yang harus kita emban saat traveling kemana pun. setelah lumayan puas (padahal belum cukup) saya terpaksa harus kembali ke Singapura, berjibaku dengan keramaian kotanya namun tetap senang karena kerapihan dan kedisiplinannya. ibarat mengunjungi Jogja tak cukup 2 hari, Malaka pun begitu seperti judul artikel ini. selamat traveling kawan, save more travel more!!!

0 comments:

Post a Comment